Monumen Jalesveva Jayamahe atau Monjaya yang menggambarkan sosok Perwira TNI itu terletak Dermaga Madura, Surabaya, Jawa Timur. Tepat di sebelahnya, kapal-kapal perang milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) sedang berlabuh.
Pada Jumat (5/2), Kapal perang KRI Makassar (590) jenis landing platform dock atau dikenal sebagai amphibious transport dock itu siap menantang gelombang dari Surabaya hingga Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama para wartawan, termasuk Medi (Media Anak)
Ya, hari itu kapal perang ini khusus diberangkatkan untuk mengantarkan para peserta acara Hari Pers Nasional (HPN) di Lombok, pada 9 Februari. Mau tahu isi dan kegiatan apa saja yang dilakukan di dalamnya? Simak terus cerita Medi ya!
22 Jam
Kapal perlahan meninggalkan pelabuhan. Monumen Jalesveva Jayamahe pun kian menghilang dari pandangan mata. Kapal yang kami tumpangi melaju mengarungi Laut Bali.
Perjalanan dari Surabaya sampai Lombok menggunakan KRI Makassar ini membutuhkan waktu cukup lama lo! "Kita berlayar dengan 12 knot," kata Pak Elmondo, Komandan TNI Makassar.
Knot ialah satuan kecepatan yang sama dengan 1 mil laut per jam. Ukuran 1 knot sama dengan 1,852 km per jam. Itu berarti kapal berkecepatan 22,224 km per jam. "Kapal akan menempuh waktu 22 jam untuk samapai di Lombok Barat," kata Pak Elmondo.
Bukan kapal tempur
"Kapal ini merupakan kapal perang, bukan kapal tempur," kata Pak Elmondo tegas. Ya, perang dan tempur ialah dua kata yang memiliki arti berbeda lo Sobat!
Kapal perang ialah kapal yang digunakan untuk kepentingan militer atau angkatan bersenjata, sedangkan kapal tempur digunakan pemegang komando laut dan melambangkan puncak kekuatan laut suatu bangsa. "Sebagai negara damai, kapal ini belum pernah mengalami peperangan.
Kapal ini digunakan mengangkut kendaraan persenjataan dan pasukan," kata Pak Elmondo. Senjata yang dimiliki Kapal perang ini ialah meriam 20 milimeter yang dipakai hanya untuk mempertahankan diri. Dengan tinggi 33 meter, panjang 122 meter, dan lebar 22 meter, KRI Makassar 590 mampu menampung 500 pasukan, 22 tank, dan 15 truk dengan bobot mati 10.900 ton. Wah muat banyak kan sobat?
Kapal ini pun difungsikan untuk operasi kemanusiaan serta penanggulangan bencana alam hingga menjadi kapal rumah sakit. "Sejauh ini kapal sering digunakan untuk kegiatan pramuka, bantuan kesehatan, dan beragam pelatihan," kata Pak Elmondo.
Menampung helikopter
Selain kapasitas yang telah Medi jelaskan tadi, kapal besar ini pun dapat menampung tiga helikopter di geladak heli lo sobat. Geladak atau lantai pada kapal ini berada di bagian belakang kapal berlantai tanpa atap.
Ya, TNI-AL pun tak hanya dapat mengemudikan kendaraan laut, mereka pun dapat mengemudikan pesawat udara! Bahkan, menurut Pak Elmondo, kelebihan mereka bisa menerbangkan dan mendaratkan helikopter di benda yang bergerak seperti kapal. "Di pusat penerbangan angkatan laut, mereka diajari menerbangkan helikopter saat kapal sedang melaju. Kapal ini bertugas untuk operasi militer di atas laut hingga memanggil bantuan atau bahkan penyelamatan," kata Pak Elmondo.
Sandi
"Ruangan-ruangan, Sersan Bayu, ambon-ambon," kode atau sandi suara itu terdengar keras di seluruh ruangan kapal.
Biasanya kode itu ditujukan sebagai perintah kepada sesorang untuk bertugas atau mengumumkan sesuatu. Pak Elmondo mengatakan arti kode itu harus dimengerti seluruh pasukan.
"Ruangan-ruangan itu berarti ruangan, ambon-ambon berarti jabatan, dalam hal ini komandan," kata Pak Elmondo. Jadi, perkataan yang nyaring di speaker itu berarti Sersan Bayu diharap menghadap komandan di ruangan.
Kapal ini memiliki delapan lantai dan sangat luas. Karena itu, akan sulit sekali bagi pasukan untuk berkomunikasi dengan pasukan lain. Karena di laut atau samudra susah sekali mendapatkan sinyal pada ponsel, kode itu sangat penting dan berguna kan Sobat!
"Ruangan-ruangan, jangkar diturunkan jangkar diturunkan," kata pengeras suara.
Ya, selama hampir satu hari penuh Medi berada di kapal, tak terasa sudah harus turun lagi sobat. Komandan sudah menginstruksikan penurunan kapal agar kapal dapat berhenti.
Seru ya berada di Kapal Perang TNI-AL selama satu hari. Medi bukan hanya bisa mengetahui keadaan di dalamnya, melainkan juga memahami kegiatan para pasukan yang mengoperasikannya!
Sumber : Media Indonesia