ANAK JUGA BISA GAGAL GINJAL


GAGAL ginjal tak hanya menimpa orang dewasa. Ada pula anak-anak yang menderita penyakit kronis itu. Salah satunya, Viara Hikmatun Nisa. Usianya 14 tahun, tetapi gagal ginjal membuat perawakannya kecil sehingga penampilannya seperti anak usia SD. Saat hadir pada media briefing Kenali Gangguan Ginjal pada Anak di Jakarta pertengahan November lalu, ia duduk di kursi roda. Ia hadir bersama kedua orangtuanya.

Sang ayah, Syaihul Hady, mengisahkan awalnya saat berusia 7 tahun Viara menderita usus buntu yang pecah hingga harus menjalani operasi. Operasi dilakukan beberapa kali karena ada komplikasi.

Hingga suatu waktu, ketika menjalani rawat jalan, saat pemeriksaan rutin dokter mendiagnosis ada kelainan pada fungsi ginjal. Setelah menjalani pemeriksaan lanjutan, Viara dinyatakan gagal ginjal dan menderita penyakit lupus.

Gagal ginjal membuat Viara harus cuci darah/hemodialisis dua kali sepekan. Ia sempat terkendala karena di Surabaya tempatnya dirawat kala itu, tidak ada fasilitas cuci darah untuk anak. Ketika dipaksakan memakai perangkat untuk pasien dewasa, ia kesakitan.

Akhirnya, setelah dua tahun berlalu, Viara sekeluarga pindah ke Jakarta. Ia menjalani cuci darah rutin di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang memiliki fasilitas cuci darah untuk anak-anak.

"Sekarang Viara menunggu antrean BPJS Kesehatan untuk transplantasi ginjal dari ibunya. Rencananya, Februari tahun depan di RSCM," ujar Syaihul.

Dokter konsultan ginjal anak dari RSCM, dr Eka Laksmi Hidayati SpA(K), menjelaskan gagal ginjal memang bisa dialami anak-anak. Penyebabnya, antara lain penyakit lupus seperti yang dialami Viara. "Sebanyak 14,6% gagal ginjal pada anak disebabkan oleh lupus," katanya.

Ia menduga, Viara ketika menjalani operasi berulang dalam penanganan usus buntunya, sudah menderita lupus, tetapi masih tanpa gejala. Lupus merupakan kelainan autoimun atau kelainan pada sistem daya tahan tubuh. Pada kasus Viara, lupus membuat sistem ketahanan tubuhnya justru menyerang organ ginjal.

Selain lupus, penyebab gagal ginjal pada anak ialah sindrom nefrotik, yakni kelainan yang membuat protein lolos ke urine dari saringan dalam ginjal. Penyebab lain ialah kelainan hipoplasia atau ginjal kecil, sementara 13,2% gagal ginjal anak tak diketahui penyebabnya.
Gagal ginjal juga bisa disebabkan hipertensi dan diabetes melitus yang tidak terkontrol, sumbatan saluran kemih berkepanjangan, misal karena terbentuknya batu di saluran kemih serta infeksi ginjal berulang.

Kaki bengkak

Ginjal, lanjut Eka, berfungsi untuk membuang zat sisa metabolisme, seperti urea, kreatinina, asam urat, dan bilirubin. "Juga berfungsi membentuk sel darah merah, mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, tingkat keasaman darah, tekanan darah, serta membentuk glukosa kalsitriol (bentuk vitamin D) yang penting untuk metabolisme kalsium dan fosfat," terangnya.

Karena itulah, ketika ginjal rusak hingga gagal berfungsi bisa menyebabkan pertumbuhan anak terganggu, anak mengalami kelainan tulang, dan sesak napas. Ia mengingatkan agar orangtua mewaspadai bila terlihat gejala gangguan ginjal pada anak. "Antara lain, bengkak pada kaki. Bengkak itu simetris antara bagian kanan dan kiri. Segera periksakan ke dokter," kata Eka.

Namun, yang lebih penting dari itu ialah mengelola penyakit pada anak yang bisa memicu gagal ginjal, seperti diabetes melitus dan hipertensi.  "Bila anak mengalami hipertensi, anak tetap harus diberi obat agar tekanan darahnya mencapai nilai normal. Harus dipahami, obat hipertensi tidak merusak ginjal," tegas Eka.


Pada kesempatan sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan, Cut Putri Arianie, mengatakan anak dengan gangguan ginjal membutuhkan biaya pengobatan yang besar, terancam mengalami tumbuh kembang yang terhambat, terkendala dalam proses belajar di sekolah yang berakibat pada menurunnya prestasi, merasa rendah diri, dan yang paling membahayakan ialah risiko kematian dini.

"Oleh karena itu, sangat penting bagi para orangtua dan masyarakat luas untuk mengenali faktor risiko dan gejala gangguan ginjal pada anak. Respons orangtua dan masyarakat terhadap gangguan ginjal akan sangat memengaruhi keberlangsungan hidup anak," ujarnya.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya gangguan ginjal pada anak, imbuhnya, Kementerian Kesehatan mengadakan serangkaian kegiatan promotif dan preventif, meliputi sosialisasi dan diseminasi informasi tentang gangguan ginjal pada anak, serta pencanangan Gerakan Ayo Minum Air (Amir). (*/Ant/H-1)

SUmber: Media Indonesia
https://goo.gl/JDYH9K
*-*
Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya