APRIASI UNTUK PASKIBRAKA


AIR mata sebagian anggota putri paskibraka Tim Nakula mengalir tak terbendung. Kekecewaan terselip di hati sesaat setelah pengumuman penetapan pasukan pengibar dan penurun disampaikan di aula lantai 1 Wisma Negara, Jakarta, kemarin pagi.



Tidak dipungkiri, sebagian merasa ada prestise tersendiri jika terpilih menjadi pasukan yang bertugas di pagi hari.

Tidak ingin berlanjut, sejumlah kakak pelatih dan pembina menghampiri mereka. Pelukan di pundak hingga kalimat bernada tajam disampaikan untuk mengingatkan mereka. Bahwa sesungguhnya paskibraka itu adalah satu kesatuan. Tidak seharusnya ada yang merasa lebih dari yang lainnya.

Cara-cara itu berhasil menenangkan mereka. Sebagian anggota Tim Sadewa kemudian mendekati teman-temannya yang bertugas sore hari. Tepukan di pundak dan obrolan bernada ringan seolah ingin menguatkan satu sama lain. Dukungan itu disambut dengan ucapan selamat kepada rekan-rekan yang hendak bertugas.

Pada pukul 09.00, para anggota paskibraka menuruni tangga mengarah ke Istana Merdeka. Mereka kemudian memecah diri. Tim Nakula bergerak ke sayap kiri istana, sedangkan Tim Sadewa menuju lorong depan istana.

Tepat pukul 09.30, mereka berdiri dalam sikap istirahat di tempat menunggu detik-detik upacara pengibaran bendera pusaka.

Pukul 10.00 WIB, upacara dimulai. Setelah mengheningkan cipta, komandan pasukan melantangkan aba-aba. Kelompok 17-8-45 berderap maju menuju depan Istana Merdeka. Saat melewati tangga, pasukan membuka jalan bagi Maria Felicia Gunawan menyorongkan baki ke hadapan Presiden RI Joko Widodo untuk diletakkan bendera pusaka.

Setelah itu, pasukan beriringan menuju Tiang 17. Ketegangan di wajah penonton mulai merata saat pengerek Briand V P Felle membelitkan kayu. Ketepatannya akan menentukan kesuksesan tugas pembentang Zainal Aziz.

Nyatanya, tugas itu berhasil dilaksanakan sesuai arahan. Kerja mereka diganjar tepuk tangan masyarakat yang menonton dari luar istana.

Sementara, para undangan memberikan tepukan saat pasukan berjalan ke tempat semula. “Saya merasa tegang, deg-degan, senang, bangga, sekaligus hormat kepada mereka.

Tegang karena saya berharap semoga tidak terjadi apa-apa. Bangga karena mereka anak-anak terpilih yang diseleksi secara ketat. Hormat kepada mereka,” puji Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrowi saat ditemui seusai upacara.

Momentum bersejarah

Menpora, Imam Nahrowi menyatakan upacara yang berhasil dikerjakan paskibraka adalah sebuah momentum bersejarah. Ia mengingatkan agar para paskibraka berterima kasih kepada para pihak yang mendukung mereka dalam melaksanakan tugas.

Di samping itu, ia berharap agar motivasi dan pelatihan yang didapat selama pelatihan bisa diterapkan dan dibagi kepada sesama generasi muda saat kembali.

Ke depan, ia mengharapkan keberhasilan yang diraih paskibraka bisa diapresiasi oleh pihak lain. Misalnya dengan pemberian beasiswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. “Semoga ada kemudahan bagi mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi,” ujarnya.

Peningkatan mutu

Apresiasi juga disampaikan oleh Deputi Bidang Kepemimpinan Pemuda Kemenpora Sakhyan Asmara. Ia menyatakan keberhasilan yang dicapai paskibraka merupakan hasil kolaborasi latihan, konsentrasi dan kemampuan para anggota terpilih.

Hal tersebut tidak terlepas dari perbaikan sistem seleksi yang dilakukan pada tahun ini menurut Permenpora 0065/2015 Tentang Pelaksanaan Pelatihan Paskibraka.

“Walau setiap tahun upacara, yang melaksanakan kan ganti terus. Orang-orang baru dengan pembina dan pelatih baru,” sahutnya.

Ke depan, ia akan mengetatkan proses monitoring dan evaluasi tim seleksi paskibraka di daerah. Hal itu diperlukan mengingat masih ada kandidat yang tidak layak yang dikirim sebagai perwakilan provinsi ke tingkat nasional.

“Kami akan melakukan monitoring yang lebih ketat ke daerah agar yang dikirim benar-benar yang berkualitas”. tegasnya.

(Din/S-25)www.mediaindonesia.com
Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya