DEMI MENUNJUKAN RASA CINTA



Maria Felicia Gunawan mendadak diserbu permintaan foto bersama. Dengan tersenyum, anggota paskibraka perwakilan Banten itu berusaha menanggapi permintaan yang datang itu sebaik-baiknya.

Perempuan kelahiran Jakarta, 23 Februari 1999 itu mendadak populer setelah terpilih sebagai pembawa baki bendera pusaka pada upacara penaikan bendera di Istana Negara, Jakarta, kemarin. 

Minat Cia, panggilan akrabnya, terhadap pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) tumbuh sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP).

Ia mengagumi keindahan dan kesatuan gerak saat paskibraka menampilkan formasi. Menginjak Kelas I di SMAK Penabur Gading, Tangerang, Banten, ia mendapati ektrakulikuler yang diingininya membuka pendaftaran. Kesempatan itu disambutnya dengan semangat.

Ia merasa itu menjadi kesempatan pertama dan terakhirnya untuk mewujudkan mimpi sebagai anggota paskibraka tingkat nasional. 

Bungsu dari 2 bersaudara ini juga berpendapat jika menjadi anggota paskibraka dapat membangkitkan semangat nasionalismenya. Padahal, ia mengaku sebelumnya bukan termasuk kelompok siswa yang betah mengikuti upacara bendera di sekolah.

“Dulu itu, saat upacara masih sering enggak khusyuk. Masih sering ngeluh kalau upacaranya lama banget. Panas lagi,” celotehnya kepada Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

Pemikirannya berubah setelah bertemu dengan pejabat Dispora dan seniornya di sekolah. Ia semakin memahami bahwa upacara pengibaran bendera tidak sekadar pelajaran baris berbaris.

Maknanya lebih dalam karena nyatanya perjuangan untuk mengibarkan bendera harus berkorban darah dan keringat.

“Saya diingatkan maknanya Merah Putih yang diperjuangkan dengan darah. Ketika saya dapat kehormatan mengibarkan Sang Merah Putih, itu sesuatu yang luar biasa,” cetus putri pasangan Hertaty Tjendra dan Willy Gunawan ini.

Itu pula yang melatarbelakanginya untuk mengikuti seleksi paskibraka mulai dari awal. Semua jenis tes yang dilaksanakan oleh Kemenpora, berusaha dilakoninya sebaik mungkin. 

Saat seleksi dilaksanakan, ia sengaja tetap membiarkan rambut lurus hitamnya memanjang hingga punggungnya. Rambut panjangnya itu akhirnya terpotong pendek hingga 3 cm di bawah telinga setelah dua minggu digembleng sebagai paskibraka tingkat nasional. “Enggak apa-apa, tapi rambut ini mau dibawa pulang untuk kenang-kenangan. Ini rambut perjuangan,” sahutnya kala itu.

Kini, tugasnya sebagai paskibraka hampir berakhir. Saat kembali ke sekolah nanti, penghobi olahraga basket ini berkomitmen untuk menuntaskan pendidikannya hingga jenjang yang lebih tinggi. 

Perempuan yang gemar menulis ini bercita-cita menjadi seorang pembawa berita ketika lulus nanti.

“Saya mau fokus sekolah, fokus belajar dengan serius lalu nanti kuliah. Saya ingin memberikan yang terbaik pada bangsa ini,” tegasnya. (Din/S-25)

Sumber : MI/www.mediaindonesia.com
Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya