Peringatan Hari Guru setiap 25 November menjadi istimewa bagi para pengajar di seluruh Tanah Air. Namun, saat peringatan Hari Guru tahun ini, kemarin, bukan menjadi hari istimewa bagi Mohammad Harpin, guru honorer di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Rombasan, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Ayah seorang anak itu tetap melakukan aktivitas rutinnya, menjajakan tahu dari rumah ke rumah untuk menopang ekonomi keluarganya. Pagi, selepas salat subuh, pria kelahiran Mei 1979 itu sudah menyiapkan bak tahu di sepeda motor. Kendaraan roda dua produksi 1996 itu merupakan kendaraan operasional yang disediakan perusahaan pembuat tahu. Sepeda motor itu juga yang ia gunakan untuk menuju sekolah tempatnya mengajar.
Setelah semua peralatan siap, pria yang biasa dipanggil dengan Pak Guru Harpin itu, berangkat menuju pabrik tahu di Desa Lancar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Harpin mengambil tahu dagangannya, dengan berseragam guru, bersepatu, serta berselempang tas hitam kusam berisi buku pelajaran bahasa Inggris.
Tujuh bak diisi tahu mentah. Empat bak untuk pelanggan di Pasar Pragaan, dua bak untuk dijual secara eceran ke rumah-rumah di sepanjang jalan yang dilaluinya menuju sekolah yang berjarak sekitar 5 kilometer dari rumahnya di Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan.
Adapun satu bak lagi dibawa pulang. Sebagian untuk dikonsumsi dan sebagian lainnya untuk digoreng dan akan dijual pada sore hari hingga menjelang malam, di dekat SPBU Talang Siring, Kecamatan Larangan.
Layaknya penjual tahu yang lain, di sepanjang jalan dia tanpa sungkan berteriak, "Tahu, tahu," untuk memanggil pelanggan. Setiap kali ada pelanggan yang membeli, dia dengan cekatan melayani.
Aktivitas berjualan tahu sebelum berangkat mengajar itu, setiap hari dilakukan Harpin, sejak ia menikah pada 2006. Honor yang diperoleh tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarganya.
Ia mengajar sejak 2003 lalu setelah lulus dari Fakultas Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo, Surabaya. Saat itu, ia mendapatkan honor Rp100 ribu per bulan.
Lalu sejak 2008, ia diangkat sebagai guru honorer dan masuk Kategori 2 (K-2) dan mendapatkan honor melalui APBD Sumenep Rp250 ribu per bulan. Di SDN Rombasan, ia mengajar bahasa Ingris di kelas 3 hingga kelas 6.
"Itu yang saya terima sampai saat ini. Jadi untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, saya terpaksa sambil jualan tahu. Lumayan, rata-rata satu hari saya mendapatkan laba Rp50 ribu," kata suami Siti Maimunah tersebut sambil tetap menebar tersenyum.
Seperti juga keingin guru-guru di pelosok Tanah Air, Harpin hanya berharap agar pemerintah memikirkan kesejahteraan para pahlawan tanpa tanda jasa ini. Sehingga, guru bisa fokus pada tugasnya sebagai pendidik generasi bangsa. (Mohammad Ghazi/N-2) MI.