"The warrior of the light is always trying to improve. A warrior of the light is always committed. He is the slave of his dream and free to act."
Penggalan kalimat tersebut berasal dari penulis The Alchemist, Paulo Coelho, dalam kumpulan nasihat sederhana dan memikatnya, Warrior of the Light: A Manual (2011).
Sebagai sebuah catatan pendek tentang betapa pentingnya menerima kegagalan, menghargai kehidupan, dan mengubah jalan hidup untuk mengubah takdir seseorang, buku itu sarat akan pesan moral tentang laku spiritual seorang pejuang sejati.
Di Hari Pahlawan yang kita peringati setiap 10 November, penting bagi bangsa mencari figur yang dapat memberikan teladan tentang laku spiritual seorang pejuang sejati seperti pernah ditunjukkan para tokoh seperti Soekarno, Hatta, Tjokroaminoto, dan Agus Salim.
Proses alih generasi makna pahlawan tampaknya tak begitu diperhatikan dunia pendidikan kita.
Kata pahlawan selalu menemui jalan buntu pemaknaan yang berkelanjutan sehingga di ruang kelas kata pahlawan selalu dimaknai masa lalu (the past), tanpa ada upaya menemukan makna pahlawan di masa depan (the future).
Pahlawan selalu identik dengan kondisi fisik kematian melalui sebuah peperangan sehingga elan dasar kata pahlawan seperti sebuah museum kehidupan di masa lalu. Padahal, sejatinya setiap siswa kita di sekolah harus diberi keyakinan untuk menemukan makna pahlawan bagi dirinya sendiri, untuk masa depannya nanti. (Pahlawan)