Orangtua disarankan tidak terburu-buru mengajarkan pelajaran membaca, menulis, dan menghitung (calistung) pada anak di bawah usia 4 tahun. Hasil riset menunjukkan hal itu dapat membuat anak tertekan dan bisa memerlemah kemampuan otaknya di masa dewasa kelak.
“Otak anak usia di bawah 4 tahun sejatinya belum siap untuk menerima materi pelajaran serius,“ sebut pakar neurosains, dr Amir Zuhdi pada seminar neurosains bersama komunitas Neuronesia, di Jakarta, Minggu (31/1).
Selain menurunkan kemampuan otak, pemberian materi pembelajaran yang tidak tepat juga dapat membuat kemampuan anak dalam bersosialisasi, bersikap, dan berkembang menjadi menurun.
Sebelumnya, pendapat senada juga disampaikan Direktur Pembinaan PAUD Kemendikbud R Ella Yulaelawati. Menurut dia, urutan pemberian kemampuan anak yang benar ialah, mendengar, berbicara, dan baru membaca dan menghitung.
Sementara itu, saat menjawab wartawan, Amir menambahkan bahwa pada anak usia di bawah 4 tahun, bekal ajar yang paling tepat diberikan hendaknya difokuskan pada pembentukan perilaku.
Artinya, orangtua mengasuh anak untuk berinteraksi dan mengenal lingkungan, termasuk norma-norma sosial yang sederhana. Pola pengasuhan itu, sambung dia, akan membentuk fondasi karakter anak yang baik di masa depan.
Lebih jauh dia menambahkan, perkembangan otak manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pola asuh. Salah satu disiplin ilmu yang mempelajari hal itu, menurut Amir, ialah neurosains.
Neurosains sendiri mempunyai arti kurang lebih ilmu yang mempelajari sistem saraf, terutama mempelajari neuron atau sel saraf, dengan menggunakan pendekatan yang multidisipliner. Tujuannya, mempelajari dasar-dasar biologi yang terjadi dalam otak dari setiap pikiran dan perilaku yang kita lakukan.
Penelitian terkini di bidang neurosains menemukan sejumlah bukti tentang hubungan erat antara otak dan perilaku manusia.(H-4)
Sumber : Media Indonesia
MEDIAINDONESIA.COM