Siang itu Nuryati Solapari, 36, memang tengah menunaikan tugasnya sebagai dosen di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten. Ia mengajar para mahasiswanya sembari menyelesaikan riset untuk meraih gelar doktor di Universitas Padjadjaran, Bandung.
Bukan cuma soal akademis yang ada di benaknya. Ia beberapa kali mengangkat ponsel, menerima laporan tentang masih derasnya arus TKI informal yang berangkat ke Timur Tengah.
“Dari Indramayu, sepuluh orang baru berangkat. Modusnya sekarang umrah lalu lanjut kerja,“ ungkap Nuryati yang juga seorang advokat.
Kerisauan Nuryati bukan cuma karena bidang ilmunya memang beririsan dengan urusan TKI, melainkan juga karena ia merasakan betul jeratan risiko masalah yang tak henti mengintai para pekerja migran itu mulai sebelum berangkat, saat bekerja, hingga mereka kembali ke Tanah Air.
Tujuh belas tahun lalu, pahitnya diperlakukan semena-mena di penampungan TKI, kecemasan atas perlakuan tak baik dari majikan, hingga pandangan merendahkan dari lingkungan sekitar, ia rasakan betul.
Namun, yang membedakan Nuryati dengan puluhan ribu TKI yang tiba kembali ke Tanah Air seusai menabung riyal ialah keputusannya agar masa tiga tahun bekerja di sektor domestik itu tak boleh terulang.
Nuryati bisa mantap mengucapkan selamat tinggal pada godaan untuk terus bertaruh nasib di negeri orang karena sejak awal ia punya target. Ia jadi TKI agar bisa kuliah.
Namun, kelas-kelas yang dipandu Nuryati, juga kisah-kisah yang ia bagi, masih terus berkejaran dengan derasnya arus TKI serta berbagai kisah pilu yang mereka alami.
Kendati telah terbit Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 260/2015 yang melarang penempatan TKI pada pengguna perseorangan ke Timur Tengah, tak kurang dari 16.665 TKI ilegal masih berada di sana.
Kabar buruknya lagi, devisa yang mereka bawa pulang tidak cukup ampuh mengeluarkan mereka dari kubangan kesulitan ekonomi sehingga jadi TKI kembali menjadi solusi. Mereka kemudian membuat barisan jumlah dan masalah pekerja migran kian panjang.
Lingkaran itu yang coba diputus dengan berbagai ikhtiar oleh Nuryati serta mantan TKI lainnya. Mereka telah sukses keluar dari lingkaran itu dan mencoba membawa serta kawan-kawan mereka. (Her/M-1)
Sumber : Media Indonesia