Satu mesin percetakan berukuran besar dengan bunyi cukup nyaring itu mulai bekerja malam hari di lantai dasar kantor Media Indonesia, Kamis (21/1).
Mesin-mesin itu mulai mengeluarkan koran yang telah terlipat rapi. Terlihat sebuah logo H di halaman depannya sudah berubah dari 45 menjadi angka 46. Kalian tahu artinya? Ya, kini Media Indonesia masuk ke tahun 46 sejak 19 Januari.
Selamat ulang tahun ya! Sejak 46 tahun lalu, Media Indonesia selalu berusaha menjadi koran yang tepercaya dengan beragam pencapaian. “Media Indonesia tentunya terus melakukan pe ngembangan, kami terus berupaya mencetak oplah yang banyak,“ kata Pak Usman Kansong, Direktur Pemberitaan Media Indonesia.
Hal itu tentunya tak lepas dari usaha peningkatan minat baca masyarakat Indonesia. “Baca itu sangat penting, baik koran, majalah, novel, hingga komik sekalipun karena penge tahuanmu akan bertambah saat membaca,“ lanjut Pak Usman.
Ya, seperti pepatah bilang, buku itu jendela dunia, maka kita penting untuk menambah pengetahuan dan peristiwa terkini di Indonesia maupun dunia.
Lalu, tahukah kamu bagaimana proses pembuatan koran dari mencari berita hingga terbit pada kertas berukuran besar ini? Yuk cari tahu bareng Media Anak.
Cari berita
Proses pertama ini dilakukan oleh seorang reporter atau wartawan. kalian pasti tahu kan? Mereka memang bertugas untuk mencari berita di lapangan. Dari pagi, mereka sudah bekerja mencari berita untuk disampaikan kepada masyarakat.
Dalam satu hari, para wartawan bisa meliput hingga tiga tempat lo. Biasanya mereka sudah mempunyai tugas tersendiri sesuai pembagian bidang liputan, mulai politik dan keamanan, ekonomi, hiburan, hingga halaman Media Anak tentunya.
Para reporter akan menyetorkan usulan topik dan tulisan nya kepada editor untuk dirapatkan bersama. Rapat itu akan membahas usulan tulisan hingga mengambil tulisan terbaik untuk dimuat di halaman pertama. Rapat berlangsung tiga kali sehari lo. Setelah disepakati, editor akan mengedit tulisan agar sesuai dengan arah yang akan dituju.
Fotografer
Di lapangan, para reporter tak hanya bekerja sen dirian lo sobat. Mereka bekerja sama dengan foto grafer. Foto sangat berpengaruh dalam pengung kapan cerita. “Dari sekian banyak foto, fotografer akan mengirimkan 10 foto terbaiknya kepada redaktur foto,“ kata Pak Agus Mulyawan, Redaktur Foto.
Redaktur foto akan memilih empat foto terbaik dan melakukan pengo lahan foto seperti kontras warna atau pemotongan gambar agar menggambarkan arah tulisan.
“Sebuah foto itu mengungkapkan 1.000 kata. Jadi, dengan melihat fotonya, pembaca akan mengerti isi tulisan,“ kata Pak Agus. Redaktur foto pun akan mengawal foto-fotonya untuk sampai pada akhir prosesnya.
Bahasa
Selain di cek oleh redaktur, tulisan para reporter ini pun akan dicek oleh tim bahasa. Para redaktur akan menyerahkan tulisan setelah dieditnya kepada tim bahasa. Bedanya, tim bahasa ini hanya mengedit dari unsur tata bahasa seperti ejaan, pungtuasi atau tata letak tanda baca, hingga bahasa resapan dari bahasa asing yang disepakati.
Untuk mengecek benar atau tidaknya, tim bahasa ini mempunyai acuan juga lo. “Acuannya adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka yang dinaungi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia,“ kata Pak Dony Tjiptonugroho, Redaktur Bahasa.
Tak hanya itu, analisis mereka pun akan berkutat pada logika dan akurasi seperti nama orang, nama tempat, dan sebagainya. Hal ini penting untuk mencocokkan maksud dari penulis berita.
Kalimat sederhana bisa dilihat dari contoh kalimat ini. Kepergok mencuri polisi tangkap 2 pemuda. Tanpa koma, mungkin pembaca akan mengira polisi yang mencuri. “Padahal dalam arti sebenarnya polisilah yang memergoki pemuda dan langsung menangkap 2 pemuda tersebut,“ kata Pak Dony menjelaskan kepada Medi.
Litbang
“Data itu sangat penting karena akan lebih akurat dan dipercaya,“ kata Bu Desi Yasmini, Kepala Bagian Riset. Oleh karena itu, semua tulisan para reporter ini memerlukan dukungan data.
Ya, tim Litbang akan melakukan penelitian dan riset kepada lembaga-lembaga resmi negara seperti kementerian, kepolisian, hingga berbagai lembaga.
Selain data ini disisipkan pada tulisan, data ini pun akan hadir berupa grafik. Grafik yang berupa gambar, garis, dan tulisan ini akan lebih memudahkan pembaca dan agar tidak bosan ketika membaca teks.
“Tulisan jika dilengkapi data yang lengkap akan panjang sekali, maka kami membuatnya dalam bentuk grafik,“ kata Bu Desi.
Artistik
Dari segi tampilan, tim Artistik lah yang banyak bekerja nih sobat. Tim artistik ini akan membantu tulisan agar enak dipandang dan dibaca. “Kita akan menonjolkan segi estetika atau keindahan dan alur baca yang tidak membingungkan pembaca,“ kata Kak Annette Natalia, Redaktur Artistik.
Ya, penentuan judul, caption gambar, hingga tulisan ini harus memudahkan para pembaca yang terbiasa dengan alur baca dari kiri ke kanan ini. “Berbeda dengan majalah, koran yang ukuran kertasnya lebih besar harus bisa menempatkan tulisan agar nyaman dibaca sesuai jarak pandang,“ kata kak Annete.
Selain itu, tim artistik ini akan memberikan dummy setiap halaman pada semua bidang. Mereka akan menentukan kolom dengan panjangnya tulisan hingga besaran kolom untuk foto dan grafis. Mereka akan selalu berkomunikasi pada semua bidang untuk menentukan hal tersebut.
Cetak koran
Setelah proses pencarian berita, pengeditan, hingga penganturan desain selesai, waktunya untuk mencetak korannya nih sobat. Tepat pukul 23.00, semua desain halaman harus sudah masuk ke tim percetakan yang ada di lantai dasar Media Indonesia.
Mesin-mesin besar dan tinggi mulai bekerja. Setiap halaman ini akan dipasangkan berseberangan seperti halaman 1 akan dipasangkan dengan halaman 16 KORAN yang berada di belakang koran, halaman 2 dengan 15, halaman 3 dengan 14, dan seterusnya.
Setelah disusun, akan di cetak pada sebuah pelat dari seng berukuran 860 x 608 cm. Ada 4 pelat setiap pasangan halaman, masingmasing mewakili warna hitam, kuning, merah, dan biru.
Setelah itu, delapan pelat untuk satu lembar koran ini dimasukkan ke mesin print bernama Goss Universal. Di pinggir dan atasnya terlihat kertas panjang menggulung. Dengan cepat, keras itu telah terisi tulisan dan foto, dan muncul setelah dipotong rapi oleh mesinnya.
EEttss... tapi prosesnya justru belum selesai sobat. Sang printer atau orang yang mencetak koran ini harus terus-menerus mengontrol korannya.“Kadang warnanya tidak rata, sebelah kanan akan ngeblok warna merah, sedangkan yang kanan enggak kurang warna,“ kata Adi Mulyadi, printer. Tak hanya itu, salah satu warnanya pun kadang keluar dari gambar yang seharusnya lo.
Proses pengecekan ini pun berlangsung secara terus-menerus oleh semua printer, mereka akan mengatur tata letak dan tinggi rendahnya warna pada sebuah kontroler. “Ini harus selalu dilakukan karena kerja mesin bisa saja berubah-rubah,“ kata Surya Atmaja, Supervisor Printing.
Distribusi
Koran yang sudah di-print ini lalu diberikan ke tim distribusi. Di sini mereka menghitung untuk membagibagikan korannya kepada pemesan dan daerah tertentu.
Biasanya pada jam 02.00 dini hari, mereka harus mengirimkannya ke berbagai daerah di Indonesia. Mereka harus berpacu dengan waktu agar pagi-pagi masyarakat Indonesia dapat membaca informasi terkini di negaranya.
Pengiriman dilakukan dengan perjalanan darat dan lewat pesawat udara untuk disebarkan ke daerahnya.
Perjalanan satu hari menjadi koran ini perlu proses panjang dan waktu yang tidak singkat kan sobat? Tim Media Indonesia selalu bersemangat untuk memberikan informasi kepada kalian, masa kalian tidak mau untuk membacanya sedikit pun? Yuk mulai sekarang perbanyak membaca! (Suryani Wandari/M-1)
Sumber : Media Anak
MEDIAINDONESIA.COM