JURAGAN BATIK TERUS BERSEMI


Menikah muda menjadi pilihan satu-satunya Selly Giovanni, 27. Keputusan besar itu ia lakukan untuk meringankan beban orangtuanya yang sudah berpisah. Hidup bersama suami dan mertuanya membuat Selly kemudian belajar menjadi pebisnis muda dengan menjual kain kafan, lalu melompat berdagang batik sejak 2008. Kini setelah 16 tahun merintis, Batik Trusmi miliknya telah terbang hingga ke luar negeri.

Ceritakan dong, mengapa kamu yang ibu rumah tangga lalu berbisnis?
Saya tidak ingin merepotkan orangtua. Jadi, sejak lulus SMA pada 2006, saya memutuskan hal yang berisiko, menikah di usia 17 tahun. Suami saya sama- sama lulusan SMA, tapi mempunyai pola pikir yang sama. Dengan kondisi ekonomi yang terbatas, akhirnya uang yang didapat dari pesta nikahan saya buat modal berbisnis kain kafan untuk orang meninggal. Usaha kain kafan itu berjalan sekitar dua tahun.

Lalu sejak kapan beralih berbisnis batik?
Saat usaha kain kafan, saya jadi tahu bahwa kain jenis mori yang biasa digunakan sebagai kafan juga dipakai para perajin untuk membuat batik. Saya lalu beralih menjadikan mereka sebagai konsumen kain. Dari sana, saya juga menggali ilmu dari perajin tentang bahan yang dipakai hingga cara membatik. Lama-kelamaan saya jadi paham tentang bisnis ini. Saya pun memesan batik ke beberapa perajin lalu menjualnya ke pasar Tanah Abang. Itu saya lakukan sejak 2008, tapi ternyata enggak begitu laku. Ternyata kalau di lapangan itu ujian dulu baru belajar. Dari sana, saya belajar tentang pangsa pasar, keinginan konsumen, dan sebagainya.

Filosofi di balik merek Trusmi?
Nama Trusmi itu diambil dari nama daerah di Cirebon yang memang terkenal sebagai sentra batik. Tapi saya selalu mengartikan Trusmi itu kependekan dari terus bersemi, sedangkan jika dilafalkan dalam bahasa Inggris, artinya percaya padaku.

Sekarang sudah mempunyai berapa karyawan? Ada berapa cabang?
Batik Trusmi kini punya 850 karyawati dan 340 karyawan. Selain Cirebon, kami mempunyai 9 outlet di empat kota lainnya, yakni di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Kami kini menjadi produsen dengan mempekerjakan perajin hingga menjualnya di toko-toko yang juga milik batik trusmi.

Kamu bermitra dengan suami untuk berbisnis ya? 

Boleh diceritakan pembagian tugas itu?
Iya, kita bagi tugas. Saya bagian marketing promosi, sedangkan suami bagian data back offi ce.

Usaha kamu pernah dapat Rekor Muri juga ya?
Ya, kategori pemilik toko batik terluas se-Indonesia, yakni 1,5 hektare pada 2013 dan Rekor Muri stempel batik cap raksasa 50 kali lipat dari stempel biasa pada 2014.

Sekarang stempel itu digunakan untuk apa?
Kami gunakan untuk dekorasi toko.

Harga yang kamu patok?
Paling murah itu Rp20 ribu hingga mencapai Rp8 juta. Kami pun sudah mengekspor batik hingga ke negara lain, seperti Italia, Jerman, Amerika, dan Prancis.

Jenis batik yang kamu jual?
Cap, tulis dan cetak.

Apa yang membuat batik trusmi dicari orang-orang?
Saya mempunyai prinsip, lebih baik dikomplain harga daripada dikomplain kualitas. Jika orang nyaman pakainya, pasti akan balik lagi untuk membeli berapa pun harganya. Selain itu, saya memberikan servis yang bukan hanya baik, melainkan memuaskan dengan beragam promo.

Apa saja sih promosi yang kamu lakukan agar bisa unggul di sentra batik ini?
Promosinya bermacam-macam, beragam diskon, vocer untuk artis-artis hingga tagline beli batik harga seribu pun pernah, tapi memang dengan syarat dan ketentuan tertentu.

Mau dong dibagi kiat menjadi sukses usia muda?
Berani memulai, jangan takut rugi, karena jika itu terjadi, berarti kamu takut sukses. Kedua, lakukan apa yang bisa, intinya harus bisa mengukur dan mengenal diri sendiri. Berikutnya, berani menjalani proses, jangan takut gagal karena kegagalan itu sesuatu yang pasti. Segera habiskan jatah gagalmu. Terakhir, keyakinan yang tidak pernah memudar pada potensi diri. (M-1)

Penulis: Suryani Wandari
Sumber: Media Indonesia
Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya