SNACKING, CUKUPI GIZI SEKALIGUS LATIH KEMANDRIAN BAYI


ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) dalam jurnal Infant and Young Children Feeding (2009) menganjurkan konsumsi makanan selingan di antara makan utama (snacking) pada anak usia 9-23 bulan untuk membantu asupan nutrisinya. Namun rupanya, manfaat pemberian makanan selingan bukan sebatas memenuhi gizi. Snacking juga bermanfaat melatih kemampuan motorik dan kemandirian anak sejak dini.

“Snacking yang diterapkan pada anak mulai usia 10 bulan dapat mengasah kemampuan si kecil untuk belajar makan sendiri (self-feeding). Kegiatan self-feeding ini merupakan stimulus untuk perkembangan motorik halus anak," terang psikiater anak dr Tjhin Wiguna SpKJ(K), pada peluncuran snack bayi Cerelac NutriPuffs oleh Nestle Indonesia, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dengan belajar meraih makanan dan memasukkannya ke mulut, lanjut Tjhin, anak dapat menjadi lebih terampil dalam menggunakan tangannya. Keterampilan itu sangat penting untuk kemandirian makannya, juga untuk kegiatan positif lainnya kelak, seperti mewarnai, menggambar, bahkan menulis.

Tak hanya itu, menurut Tjhin, kegiatan snacking yang dilakukan dengan cara menyenangkan juga akan menciptakan interaksi positif dan menumbuhkan rasa saling percaya antara anak dan orangtua. 

“Anak yang punya rasa saling percaya dengan orangtuanya cenderung lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan dan lebih percaya diri," kata dokter konsultan kesehatan jiwa anak dan remaja itu.

Selain itu, sambungnya, snacking juga dapat menstimulasi perkembangan bahasa verbal dan nonverbal si kecil. "Caranya, orangtua atau pengasuh yang mendampingi anak saat snacking harus fokus, aktif merespons setiap pembicaraan atau perilaku anak. Termasuk memberi pujian ketika anak bisa makan dengan baik," jelasnya. 

Yang tidak kalah penting, sambung Tjhin, suasananya harus menyenangkan. Tidak boleh ada pemaksaan. "Anak tidak boleh dipaksa makan. Pemaksaan justru akan membuat anak trauma," tegasnya.

Ketika dalam sesi makan anak menolak, orangtua bisa mencoba membujuknya. Namun, jangan lebih dari 15 menit. "Kalau sudah 15 menit dibujuk anak tetap enggak mau, lewatkan. Nanti coba lagi di waktu makan berikutnya. 

Ketika anak lapar, akan lebih mudah membujuknya untuk makan." Karena itu, penting bagi orangtua menyusun dan menjalankan jadwal makan pada anak. "Jadwalkan makan utama tiga kali, dan snacking dua kali, di antara waktu makan utama," saran Tjhin.

Cegah malnutrisi
Pada kesempatan sama, Market Nutritionist PT Nestle Indonesia Eka Herdiana menuturkan bagaimana pemenuhan kebutuhan gizi sangat penting untuk mencegah berbagai permasalahan kesehatan. “Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi dari Departemen Kesehatan pada 2015, 3 dari 10 anak di Indonesia mengalami stunting (perawakan pendek) akibat malnutrisi. 

Selain itu, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, 28% anak Indonesia berusia 12-59 bulan mengalami anemia di usia dini akibat kekurangan zat besi. Hal ini menunjukkan pentingnya pemenuhan gizi di awal kehidupan. Jika tidak ditangani dengan baik, malnutrisi dapat mengganggu tumbuh kembang anak, termasuk kemampuan kognitifnya.”

Category Marketing Manager Infant Cereal & Baby Foods PT Nestle Indonesia Rendi Kusumo menambahkan, untuk membantu mengatasi permasalahan gizi pada anak, pihaknya berupaya menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap periode tumbuh kembangnya. 

"Misalnya, dengan penambahan zat gizi mikro, seperti vitamin dan mineral, termasuk zat besi yang sangat penting bagi tumbuh kembang bayi dan anak," paparnya. (Nik/H-2)

Sumber: Media Indonesia
https://goo.gl/Xxdbya
****
Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya