BERBISNIS DAN BERBAGI SAMA PENTING.

Sebelum fokus pada bisnis penyelenggaraan pernikahan dan mendirikan yayasan, ia pernah menjajaki banyak bidang.

Bisnis dan aktivitas sosial, itulah dunia Ayu Wulansari, 24. Kunci kesuksesan Ayu menge jar semua mimpinya ialah menentukan priori tas dan mematuhi tenggat. Muda menjumpai Ayu pada Minggu (11/10) di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.

Bisnis kamu apa saja?

Bisnis saya bernama Shatara Wedding, usaha wedding organizer (WO). Lalu ada Hijab School Indonesia, sekolah kepribadian khusus wanita muslimah yang sudah berhijab maupun belum. Di sana ada kelas model, public speaking, acting, dan lainnya. Masih terkait hijab, saya juga mendirikan Yayasan Hijab Indonesia (YHI).

Proses terwujudnya YHI?

YHI berdiri setahun ke belakang. Kami berfokus merintis gerakan cinta lingkungan yang berkolaborasi dengan beberapa pihak maupun komunitas.

Kami juga ingin melakukan kegiatan pentas seni budaya untuk mengenalkan seni budaya Indonesia.

Kami juga berkunjung ke sekolah-sekolah serta masyarakat umum untuk mencari dan menyaring anak muda yang berbakat, berpotensi, dan berprestasi untuk diberikan bantuan beasiswa serta pelatihan untuk mencetak generasi unggul.

Aktivitas bisnis dan sosial kamu banyak, cara bagi waktunya? 

Sebenarnya untuk bagi waktu agak pusing, tapi harus tetap dipikirkan dengan baik. Pekerjaan ini kan bukan di kantor, ya, saya bisa kerja dari rumah.

Misalnya kalau ada pekerjaan di bidang wedding, saya pastinya harus me layani klien. Setelah pekerjaan selesai, saya bisa mengerjakan yang lain, seperti program-program yayasan, diskusi dengan teman-teman YHI. Lalu apabila ada klien yang menanyakan tentang Hijab School, mau tidak mau saya harus mengutamakan klien-klien yang bertanya. Setelah semuanya terlayani dengan baik, saya bisa menjalankan program-program yayasan.

Kegiatan YHI saat ini, mencari dana lebih untuk disalurkan ke anak-anak sebagai beasiswa. Untuk membuat suatu program yayasan, pembuatan visi-misinya hampir satu tahun karena tentunya tidak mudah membuat program yayasan. Namun, alhamdulillah sekarang volunteer-nya sudah banyak, apalagi kami mau membuat sebuah acara. Saya pengennya yayasan ini akan memiliki image yang positif.

Kenapa pilih garap bidang sosial?

Begini, karena saya dari keluarga yang sederhana, apa pun yang saya inginkan saya harus berusaha semaksimal mungkin. Saya pengen jadi model, tapi nggak punya background, nggak bisa sekolah model karena mahal.

Akhirnya saya mengikuti ajang-ajang duta, saya dapat ilmu gratis modeling dan public speaking. Saat sekarang saya punya ilmu-ilmu itu, saya pengen orang lain di luar sana, yang juga pernah mengalami apa yang saya alami, juga mendapatkan ilmu-ilmu tersebut.

Saya juga sering jadi motivator, bercerita tentang pengalaman saya yang selalu kepentok, sana-sini ditolak. Tapi alhamdulillah, saya bisa dapat juara. Saya share pengalaman yang saya alami dengan hijab saya, kemudahan dan kesulitan saya dengan hijab.

Saat jadi motivator, apa yang kamu ceritakan?

Saya pernah jual nasi bungkus, donat, jaga warnet, jual pop ice, es batu, parfum, softlens, tas dan aksesori, buka butik hijab, usaha kain batik, hingga bisnis mengajar membatik praktis untuk anak-anak. 

Di bidang pen didikan, saya mengajar modelling-acting modell g di Sanggar Ananda & Lenong presenting Bocah, jadi pembicara dan motivator lingkungan-wirausaha-hijab, bidang lingkungan-wiraus model, hingga karyawan s swasta.

Mungkin orang berpikir semuanya saya coba, kesannya maruk. Namun coco dengan saya mencari sesuatu yang cocok saya.

Gimana sih kitanya bisa tetap te fokus pada aktivitas positif? 

Kita harus pilih lingkungan lingkun yang baik, harus jadi diri sendiri, send menghormati orangtua. Ketika kita yakin yang kita lakukan positif dan bisa membuktikan ke orangtua kalau kita memang bisa, itu akan menjauhkan dari lingkungan negatif. 

(MI)
Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya