Ia mengaku jatuh cinta pada tanah, tumbuhan, panen, serta a berbagai aktivitas pertanian lainnya.
Tak mau pemahaman tentang ko relasi alam, pangan, dan manusia itu cuma berakhir di semboyan, Sabrina Haisya, mahasiswi kedokteran hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengawal Pasar Rakyat Tani (PRT) 2015 yang diselenggarakan pada September 2015 lalu.
Kerja keras Sabrina dan timnya pada helatan PRT ketiga itu berhasil merangkul 42 petani untuk turut serta dan memutarkan dana transaksi hingga Rp130 juta dalam dua hari penyelenggaraannya. Yuk jajaki dunia yang disebut Sabrina sebagai masa depan itu, dari berbagai aktivitasnya di dunia menanam, memanen, hingga memasarkan hasilnya.
Bagaimana ceritanya kamu bisa terpilih sebagai PRT 2015?
Sebelumnya saya aktif di berbagai kepanitiaan dan organisasi, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IPB, himpunan, dan alhamdulillah sempat terpilih menjadi mahasiswa berprestasi IPB peringkat tiga pada 2014.
Di situ sudah banyak beraktivitas, tapi belum banyak kontribusi ke masyarakat.Awalnya cuma partisipan saja di PRT perdana, dulu namanya masih Pesta Rakyat Tani. Kemudian saya lihat kok masih ada yang kurang, lalu saya aktif untuk memberi masukan. Kemudian, terjun langsung secara teknis, jadi Co-Project PRT kedua, pada Maret 2015.
Jadi butuh etos kerja tinggi, profesionalitas, dan banyak aksi ketimbang bicara, untuk menjadi seorang Project Director. Mungkin, karena pengalaman, dan networking, aku dipercaya.
Selain di PRT, kamu aktif juga di Agrisocio, jelaskan dong?
Agrisocio menampung minat mahasiswa dalam kewirausahaan pertanian serta berfokus membantu meningkatkan produktivitas petani. Ini bentuknya perusahaan sosial yang bergerak di bidang pertanian, menggandeng petani di sekitar kampus IPB.
Agrisocio memberdayakan para petani untuk mengolah lahan dan jenis tanaman seperti jahe dan singkong. Agrisocio juga memberdayakan perempuan petani dan janda yang tidak memiliki pekerjaan dengan bekerja sama.
Mereka diajak menghasilkan produk olahan dari jahe dan singkong untuk kemudian dipasarkan.Agrisocio juga mendukung bermunculannya pangan lokal melalui perhelatan pasar rakyat tani.
Pencapaian dan manfaat yang kamu dapat dari setiap kegiatan?
Secara nyata, kapasitas dan skill meningkat. Karena hobiku di public speaking, project directing, wawasanku jadi terbuka luas. Aku jadi lebih banyak belajar tentang dunia pertanian, berinteraksi dengan masyarakat, terutama petani.
Jadi, kegiatan-kegiatan sebelum bergabung di Agrisocio, terakumulasi dan menjadi modalku ketika sekarang sudah menjadi anggota tetap Agrisocio dan Project Director PRT 2015.
Bagaimana cara kamu mengembangkan PRT 2015, dari sebelumnya hanya 17 petani yang ikut serta menjadi 42?
Kita publikasi melalui media sosial, seperti Facebook, lalu jaringan pribadi, seperti Whatsapp, karena cakupannya di IPB. Kemudian ada juga kenalan mahasiswa yang kuliah kerja nyata (KKN).Mereka kan juga bertemu dengan petani.Jadi, kita gunakan networking internal dulu.
Kemudian, kenapa bisa bertambah jumlah petani yang ikut serta?
Itu karena kepercayaan. Kita kasih laporan dari kegiatan dua kali sebelumnya. Kita minta bantuan dari petani, maju bersama. Jadi, intinya kerja sama. Kuncinya networking, sama mulut ke mulut, karena petani kan juga punya jaringan.Mereka ajak yang lain untuk ikut daftar di PRT 2015.
Bagaimana keluaran dan respons PRT 2015?
Sampai sekarang, masih banyak yang bertanya, kapan lagi ada PRT. Responsnya bagus. Para petani juga senang. Dalam dua hari kemarin, keuntungan yang didapat mencapai 130 juta dari 42 petani.Paling gede, ada yang dapat sampai 16 juta. PRT juga meningkatkan nilai tawar produk para petani.
Kamu kuliah kedokteran hewan, tapi sangat tertarik pertanian, katanya karena nenekmu petani pisang, benarkah itu?
Itu faktor penyemangat ya. Keluarga saya sendiri pun petani dan saya sekolah di IPB. Saya ingin ilmu yang didapat benar-benar sampai ke petani.
Kalau kedokteran hewan sendiri sebenarnya ilmu yang menunjang bidang pertanian, terutama untuk hewan karena lulusan dokter hewan bukan hanya menjadi dokter klinik.
Namun, bisa juga jadi dokter hewan di peternakan, kemudian menjadi quality control untuk produk-produk yang dihasilkan dari hewan, seperti sosis, kornet, bahkan kosmetik. Kemudian, kebijakan di dinas peternakan dan pertanian, seperti jual beli hewan, syarat-syarat seperti surat sehat hewan.
Jadi, saya merasa itu menjadi nilai tambah. Sebenarnya saya enggak perlu sekolah Institut pertanian untuk menjadi petani. Tinggal belajar sama petani, jadi. Namun, di sini menjadi nilai tambah untuk meningkatkan nilai jual dari hasil pertanian.
Ke depannya, di Agrisocio, kami tidak hanya menyentuh pertanian hijau, tapi juga pertanian merah. Kalau pertanian hijau itu ya tanaman, rempah, sedangkan merah ya protein, seperti telur, dan daging.
Rencana kamu pulang dan membangun kampung di Lampung?
Untuk saat ini, saya dipercaya memegang PRT, sampai lima tahun ke depan. Sembari itu, saya juga menyusun replikasi ilmu yang saya dapatkan dari Agrisocio untuk diterapkan di Lampung, kampung halaman saya. Semacam bikin cabang begitu.
Secara kasar, sudah punya gambaran.Bahkan, pemetaan SDM. Saya butuh teman-teman dari peternakan juga karena ingin membuat peternakan rakyat yang terintegrasi dengan pertanian.
Rencana lokasinya di daerah Lampung Timur karena Lampung potensial sekali untuk peternakan sapi potong, dalam rangka swasembada daging Indonesia juga.
Kamu mengikuti ASEAN Veterinary Volunteer Project 2015 di Thailand, kegiatan apa saja sih?
Program sosial yang diadakan Kasetsart University, IPB-nya Thailand. Dari berbagai negara, termasuk non-ASEAN, seperti Belanda, Jepang, Kanada, Brasil, dan beberapa negara ASEAN, yaitu Indonesia, Kamboja, Myanmar, Filipina, Vietnam, dan Thailand.
Kami membahas pengembangan program pengabdian masyarakat di Thailand dan Vietnam. Jadi dua minggu di Thailand, seminggu Vietnam.
Kami belajar aplikasi ilmu kedokteran hewan untuk masyarakat, seperti di Thailand, untuk vaksinasi sapi, serta memberantas rabies pada anjing, sedangkan di Vietnam, belajar di peternakan rakyat sapi perah yang sudah modern.
Dari Indonesia, kita berlima, IPB 2 orang, Universitas Airlangga Surabaya 2, dan Universitas Gadjah Mada 1 orang, semuanya kedokteran hewan. Total 60 peserta.
Untuk pakan sapi perah di Vietnam, satu peternak punya dua lahan hektare jagung. Jadi, sudah terintegrasi dengan pertanian. Produksi susunya kualitas premium. Kuantitasnya 25-50 liter per sapi per hari.
Bagaimana dengan kurang minatnya pemuda pada pertanian?
Nah, itulah. Kita sarjana harus balik ke desa. Contoh IPB yang mahasiswanya dari Sabang sampai Merauke. Minimal mereka saja agar mau balik ke tanah masing-masing.
Di IPB, ada 4 ribu mahasiswa yang masuk tiap tahunnya. Karena dari IPB, harusnya mereka concern ke pertanian dong. Walaupun banyak jurusan, di tahun pertama, mereka kan dapat pengantar ilmu pertanian.
Mungkin di awal, mereka minat pertanian, tapi di tingkat selanjutnya, siapa tahu?
Makanya, Agrisocio ini hadir untuk memfasilitasi mereka yang mau terjun ke indahnya dunia pertanian. Mereka sebenarnya butuh wadah dan fasilitas untuk berkarya.
Perkembangan desa binaan Agrisocio?
Bisa dilihat dari jumlah petani. Awalnya, cuma satu petani jahe. Sekarang, ada 10, dari petani jahe dan singkong.Kemudian womenpreneur. Mereka ialah janda dan istri petani yang tidak punya pekerjaan.
Awalnya tiga, sekarang yang bekerja sama dengan Agrisocio ada 10.Kemudian kita juga punya dua lahan, ada 1 hektare yang ditanami singkong, diolah petani.
Katanya pantang jadi pegawai negeri sipil?
Ya, karena terlalu nyaman. Saya orangnya ya suka dengan tantangan dan suka berada dalam keadaan yang kurang nyaman. Sekarang ya ingin fokus di Agrisocio.Saya ingin mengembangkan lebih besar dan lebih baik lagi agar bisa membantu petani sekitar.
Keinginan ke depannya ya jadi wirausaha sosial bidang pertanian. Saat ini juga lagi membangun koneksi untuk mengadakan PRT di luar Bogor. Kemarin, sudah ada koneksi di Bandung. Bahkan, rencananya nanti, PRT ingin diadakan tiap dua bulan.
Pesan pada anak muda yang minat pertanian?
Kalau saya mengembalikan ke diri saya, lakukan jika suka, jangan takut gagal. Karena saya suka apa yang saya kerjakan, saya jadi serasa bermain.
Harapan untuk pertanian ya petani kita makin cerdas, anak muda makin peduli, dan masyarakat juga peduli dengan pertanian. Pasalnya, pertanian itu sebenarnya keren, hidup mati bangsa sampai kapan pun.
Kita tiap hari tidak bisa hidup tanpa makanan dan makanan itu dari pertanian. Nah bisnis di bidang pertanian artinya kita bisnis memberikan makan kepada semua orang. Keren kan? Jadi pilihannya ya, mau jadi produsen, si petani itu sendiri, atau konsumen?
Siapa yang menginspirasi kamu?
Sejak kecil saya mengidolakan Habibie. Etos kerjanya, sebagai muslim, ilmuwan, itu patut dicontoh. Saya ingin seperti beliau, tapi di bidang pertanian. (M-1)