PERSPEKTIF KORBAN KEKERASAN SEKSUAL


Sejak kecil Sophia Benedicta Hage bercita-cita menjadi dokter. Perempuan kelahiran Surabaya, 1984, itu ingin bermanfaat bagi banyak orang.

Saat menempuh pendidikan spesialisasi kedokteran olahraga di Universitas Indonesia (UI), Sophia aktif dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, mulai Project Koordinator Indonesia Sehat dan Bugar hingga Gerakan Selamatkan Ibu yang bertujuan menekan angka kematian ibu hamil.

Pada 2011, perempuan keturunan Jawa, Belanda, dan Korea itu mendirikan organisasi yang diberi nama Yayasan Lentera Sintas Indonesia.

Yayasan itu merupakan wadah bagi para korban kekerasan seksual untuk bisa berbagi serta mendapatkan advokasi akibat kekerasan seksual.

Menurut Sophia, awal dibentuknya yayasan itu sangatlah sederhana, yaitu dari sebuah candaan bertema pemerkosaan di media sosial yang dirinya lihat dengan matanya sendiri.

"Saat itu saya berpikir kok masih ada orang di zaman ini yang menganggap pemerkosaan itu sebagai sebuah bercandaan, apalagi di media sosial yang bisa dilihat ribuan hingga jutaan orang," ucap Sophia.

Karena itu, ia ingin memberikan pandangan dari korban kekerasan seksual. Tidak disangka, banyak masyarakat yang merespons tulisan Sophia dan meminta tanggapan serta masukan untuk diri mereka.

"Saya juga kaget, ternyata banyak masukan, pandangan, dan juga yang meminta saran kepada kami itu. Banyak di antara mereka yang bahkan memang pernah menjadi korban kekerasan seksual itu menceritakan pengalaman pahitnya itu ke e-mail kami," kenangnya.

Sophia bersama para anggota yayasan lainnya aktif melakukan road show sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat di Jakarta.

Mereka memberikan pemahaman kekerasan seksual kepada siswa-siswi di tingkat sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).

Pada dasarnya, ada dua hal yang diberikan yayasan itu bagi para korban kekerasan seksual.

Pertama memberikan dukungan bagi para korban kekerasan seksual dengan teratur dan privasi yang terjaga.

Kedua melakukan sosialisasi, edukasi, serta advokasi untuk menyadarkan masyarakat perihal isu kekerasan seksual.

"Dengan cara seperti itu, banyak orang yang pernah mengalami kekerasan seksual datang dan menceritakan untuk mendapatkan solusi," terangnya.

Bagi Sophia, memberdayakan diri sendiri serta membantu banyak orang ialah filosofi yang mengilhami dirinya untuk melakukan hal positif bagi kaum perempuan di Indonesia.

Atas segala kepedulian terhadap sesama itu, Sophia pun banyak mendapat penghargaan. Salah satunya ia masuk predikat 15 perempuan paling menginspirasi versi majalah Bazar Indonesia dan Indie Woman Award 2015 dalam kategori indie woman socio activis.

Sumber : Media Indonesia
Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya