Nasib Buruh di Era Kemajuan Teknologi


Dalam rangka Hari Buruh Sedunia, Minggu (01/05). Penulis coba merangkai kata-kata bak ahli ekonomi, tetapi itulah yang terlintas dalam imajinasi memikirkan kegundahan rekan-rekan buruh senasib dan seperjuangan di negeri ini.

***
KEMAJUAN teknologi dengan sistem robotisasi yang akan menggantikan tenaga manusia terutama buruh-buruh pekerja industri, dampaknya akan menciptakan pengangguran yang lebih banyak lagi. Sejatinya tidak perlu dikhwatirkan, karena menggantikan buruh dengan robot, tidaklah semudah yang kita pikirkan, Pengusaha harus berpikir panjang, sebab membuat robot-robot canggih membutuhkan biaya tinggi.

Robotisasi memang menjadi solusi bagi pengusaha untuk menghindari para buruh yang tiada henti-hentinya menuntut penghasilan yang wajar dan mencukupi. Wacana robotisasi malah dimanfaatkan pengusaha mengancam pekerja dengan nyanyian seperti, “Hei buruh, kalau banyak nuntut, aku pecat kalian, sudah ada robot-robot yang siap menggantikan pekerjaan kalian.”

Kemajuan teknologi, apalagi sampai ke tingkat robotisasi, memang mampu menghasilkan barang yang melimpah dengan jumlah buruh kian berkurang, Pengusaha pasti diuntungkan, namun pada level tertentu, keberadaan pengangguran yang semakin membludak, hanya menciptakan daya beli yang kian lemah. Siapa yang akan membeli barang-barang hasil produksi tersebut sementara banyak masyarakat yang tidak berpenghasilan karena menganggur?

Semakin banyak pengangguran maka semakin tidak ada lagi daya beli. Akibatnya barang produksi menumpuk karena tidak ada lagi yang mampu membeli. Ujung-ujungnya krisis overproduksi tak terbendung, pengusahapun merundung. Lebih parah lagi maraknya masyarakat yang menggantungkan hidup dari fasilitas kredit yang buntut-buntutnya pembayarannya macet, maka efek dominonya ya krisis ekonomi.

Kemajuan teknologi berarti akan mengancam pertumbuhan ekonomi? Tidak juga, malah sebenarnya menguntungkan karena melimpahnya hasil produksi, akan menekan harga menjadi murah, terjangkau bahkan bisa gratis. Justru yang sangat dikhawatirkan, jika kemajuan teknologi yang memaksakan proses produksi dengan menyingkirkan tenaga buruh, apalagi gonjang ganjing serbuan Tenaga Kerja Asing (TKA) membuat hampir semua buruh dinegeri ini antipati.

Mengimport TKA bukanlah solusi malah memperparah situasi. Sebaiknya pertahankan atau tambah tenaga buruh dan tingkatkan kesejahteraan mereka karena imbas sebenarnya akan saling menguntungkan antara pengusaha dengan pekerja. Jika masyarakat sejahtera maka daya beli akan tumbuh pesat, perputaran ekonomipun tidak tersendat-sendat alias lancar.

Tapi, secanggih apapun solusi yang diterapkan, jika pengusaha tetap serakah menjalankan usaha apalagi dengan carut marut dan mahalnya ongkos politik yang hanya melahirkan politikus-politikus yang terang benderang bahkan berjemaah melakukan korupsi, maka kehancuran Indonesia tidak harus menunggu tahun 2030, esok, lusapun bisa saja terjadi. (AB)

abunawarbima@gmail.com


Share this article :

Klik Gambar dibawah ini untuk melihat Berita lainnya